Kamis, 27 September 2012

0 Gus Dur, Sosok yang Dicintai Sekaligus Dibenci

JAKARTA--MICOM: Tanpa terasa, seribu hari sudah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menghadap Sang Khalik. Namun demikian, segala hal tentang Gus Dur masih membekas.

Bapak pluralisme, adalah julukan Gus Dur yang paling dikenal masyarakat. Mantan Menteri Agama Quraish Shihab mengenang pemikiran yang kerap sulit dijangkau masyarakat kebanyakan. Ia mengenal sosok cucu dari pendiri Nahdatul Ulama (NU) Hasyim Asy'ari itu memiliki pemikiran yang super rasional.

"Yang bagi beberapa orang disebut irasional," kata dia saat menghadiri peringatan 1000 hari Gus Dur di Mesjid Al Munawwaroh Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis (27/8).


Akibat pemikirannya yang nyeleneh, Gus Dur bak dua sisi mata uang, dicintai sekaligus juga dibenci. Terlebih gagasan pluralismenya yang dipertentangkan oleh sejumlah kalangan. Padahal, kata Quraish, gagasan itu lahir dari pemikiran yang suci dan mengutip dari ayat Alquran.

"Mungkin ada orang yang tidak percaya, tapi dalam perjanjian Nabi (Muhammad SAW) dikatakan bahwa jika ada umat Kristen yang ingin membangun gereja mereka, umat Islam harus memberi bantuan, bukan pinjaman," cetus dia.

Ia pun mengutip ayat Alquran untuk menggambarkan sosok Gus Dur. "Kalau dalam agama ada yang kontradiktif di masyarakat, ketahuilah bisa jadi ia orang yang jenius," kata dia.

Hal unik lain dari Gus Dur yang dikenangnya adalah sikap mantan Ketua Umum Partai. Kebangkitan Bangsa itu dalam menanggapi berbagai gempuran dan pertentangan terhadap dirinya dengan ungkapan "Begitu saja kok repot." Menurut Quraish hal itu merupakan gambaran bahwa pemikiran Gus Dur sebenarnya cukup sederhana.

Sosok Gus Dur juga tidak bisa dilepaskan dari NU. Sebagai seorang yang pernah menjadi ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) NU, Gus Dur sempat melakukan transformasi yang diikuti fragsis luar biasa. Melalui terobosan tersebut, beliau mampu menyetir NU sebagai kekuatan sipil untuk mengimbangi hegemoni negara kala itu.

Pendapat tersebut disampaikan Shinta Nuriyah, istri Gus Dur. Selain itu, kata Shinta, pemikiran tentang Islam yang sangat mendalam. Pemikiran tersebut merupakan hasil pergulatan dari ulama ratusan tahun lalu hingga modern. Bagi mantan Presiden RI itu, Islam merupakan agama yang mengajarkan perdamaian.

"Islam bukan hanya pelindung bagi Islam itu sendiri, tapi juga bagi mereka yang teraninaya," kata dia.

Shinta mengakui banyak tantangan dari mereka yang tidak memahami jalan pemikiran Gus Dur. Namun Gus Dur tidak mau menyerah, ia ingin Islam yang pluralistik.

"Kami ingin perjuangan dan perjalanan panjang beliau dapat menjadi cermin anak cucu dalam menciptakan Indonesia yang adil dan bermatabat," ujarnya.

Ia pun berharap keikhlasan dan pemikiran Gus Dur dapat menjadi bara untuk menghadapi kezaliman dan kemungkaran. Serta dapat menjadi obor yang bisa menerangi bangsa yang semakin marak dengan aksi kekerasan.

"Demi tegaknya keadilan, demokrasi pluralisme dan tegaknya nilai kemanusiaan sebagai perwujudann Islam yang sesungguhnya," tutup Shinta.

Selain ribuan masyarakat, peringatan 1000 hari ini juga dihadiri Kabareskrim Komjen Sutarman, Ketua Mahfud MD, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mendikbud serta sejumlah duta besar negara sahabat. (PL/OL-3)
-----------------------------------------
Sumber : www.mediaindonesia.com


Related Post:

0 komentar:

Posting Komentar

Search