Minggu, 03 Maret 2013

0 Jualan gorengan, mahasiswa ini raup untung Rp 120 juta per bulan


Semua orang tentu mengenal makanan gorengan. Bukan hal sulit menemukan penjual gorengan di jalanan. Tidak bisa dipungkiri, banyak orang yang doyan makan gorengan.

Fenomena ini rupanya ditangkap oleh Riyadh Ramadhan, seorang mahasiswa berusia 19 tahun, lulusan SMA Al Hikmah Surabaya. Dia jeli melihat makanan gorengan sebagai potensi untuk berbisnis.

Riyadh menceritakan, aktivitas bisnisnya sebenarnya sudah dimulai sejak dia duduk di bangku Sekolah Dasar. Ketika itu dia biasa menjual mainan anak-anak dan gambar tempel kepada teman-teman sekolahnya. Dia mengatakan inspirasi menjadi pebisnis didapat dari kedua orang tuanya yang juga pebisnis yang sukses mengelola lembaga pendidikan.

Proses Riyadh terjun ke bisnis makanan gorengan ini dimulai ketika dia masih berusia 16 tahun, saat masih duduk di bangku SMA. Tahun 2009, berawal dari hobi memasak dan melihat peluang usaha, dia berinisiatif menjual gorengan kepada teman-teman sekolahnya. Semua itu awalnya dia lakukan secara otodidak.

"Saya melihat di Surabaya banyak penjual gorengan, lalu saya berpikir untuk membikin sendiri," kata Riyadh.

Dengan restu dan izin kedua orang tuanya, Riyadh memulai bisnis gorengannya di sekolah. Awalnya dia sempat merasa risih dan malu karena banyak teman yang mengejeknya.

Namun dia tetap berpikir positif untuk terus mengembangkan bisnisnya. Setelah berjalan setahun ternyata bisnis gorengannya makin laris hingga dia berpikir untuk membuka kafe gorengan di mal.

Dengan bekal keuntungan setahun dan bantuan dana dari orang tuanya, Riyadh mulai membuka kafe gorengan di salah satu mal di Surabaya dengan nama Go Crunz. Di kafe itu dia menyediakan menu gorengan, seperti kentang, jamur, ayam, dan otak-otak ikan. Selain gorengan, dia juga menyediakan beragam pilihan minuman.

Dengan harga Rp 6.000-Rp 9.000 per kotak yang berisi empat sampai lima gorengan ternyata banyak orang menyukai gorengan Riyadh. Tak seberapa lama, dia pun membuka dua gerai baru.

Dari ketiga gerai itu, total omzet yang didapatnya mencapai Rp 120 juta per bulan, dengan laba sekitar 40 persen dari omzet. Pada Oktober 2010 Riyadh pun resmi menawarkan kemitraan usaha. Hingga kini Riyadh telah memiliki 12 gerai usaha yang tersebar di beberapa kota, antara lain Jakarta, Bekasi, Malang, dan Balikpapan.

Meraih kesuksesan di usia muda mungkin menjadi impian banyak orang. Namun bagi Riyadh Ramadhan impian itu kini telah diraihnya menjadi kenyataan. Bisnis gorengannya tumbuh cukup 'subur'.

"Saya ingin beberapa tahun ke depan bisa go international," ucapnya.

Kisah sukses bisnis gorengan berhasil mengantarkan Riyadh dinobatkan sebagai Entrepreneur Termuda 2010 versi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

0 Roy, lajang 23 tahun yang sukses punya 6 perusahaan di Surabaya


Menjadi pengusaha sukses, apalagi di usia yang sangat muda jelas butuh kerja ekstra keras dan semangat pantang menyerah. Kerja keras tak selalu membuahkan hasil. Namun, tidak harus berputus asa, karena dunia bisnis bak misteri yang harus dipecahkan.

Masa remaja selalu identik dengan kesenangan dan foya-foya, apalagi jika menjadi anak dari orang yang bergelimang harta. Kerja keras hanya menjadi nomor sekian, karena yang utama gengsi sebagai remaja yang tumbuh di kota besar. Kehidupan fantastis ala kota besar menjadi surga bagi anak-anak keluarga mapan.

Namun, anggapan seperti ini, tidak berlaku bagi Roy Agustinus. Pemuda kelahiran 30 Agustus 1989 silam di Kota Surabaya, Jawa Timur ini, justru menghabiskan masa remajanya dengan kerja keras, karena bukan kesenangan yang dia cari, namu bagaimana menjadikan hidup ini memiliki arti. Alhasil, di usianya yang 23 tahun ini, dia berhasil menjadi seorang enterpreneur muda yang memimpin enam perusahaan sekaligus.

Diakui oleh alumnus Fakultas Ekonomi Bisnis Manajemen Universitas Ciputra, Surabaya ini, bahwa untuk bisa meraih sukses di usia muda, tidak semudah membalik telapak tangan. Tidak hanya kerja keras, tapi juga semangat pantang menyerah untuk terus berinovasi membangun strategi bisnis baru yang mumpuni.

"Saya bukan anak dari golongan orang-orang mapan. Tapi saya tidak ingin menyerah dengan keadaan, saya terus bekerja keras di usia remaja, agar tidak terus-terusan bergantung dengan orang tua," kata Roy saat mengobrol santai di kantornya Jalan Kenjeran 229, Surabaya, Jumat (1/3).

Roy mengaku, apa yang dia lakukan juga tidak pernah lepas dari sosok kedua orang tuanya yang tak kenal lelah dan pantang menyerah agar anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan layak. "Dulu, kehidupan orang tua saya sangat susah. Hanya karena ingin menyekolahkan saya saja, mereka terpaksa membanting tulang, memeras keringat," kenang Roy.

Dan dari kerja keras sang orang tua itulah, Roy mampu menempuh pendidikannya hingga duduk di bangku kuliah. Tapi jangan salah, saat berada di bangku kuliah, pemilik CV Surya Teknokindo Jaya dan PT Mitra Maju ini, tidak pernah membebani kedua orang tuanya. Setelah berhasil lolos mengikuti tes di Universitas Ciputra usai lulus SMA, dia berhasil mendapatkan beasiswa.

Di Universitas Ciputra inilah, kemampuan bisnis Roy mulai ditempa. Medio 2008, meski belum lulus kuliah, lulusan SMA Frateran, Surabaya ini, mencoba peruntungan dengan membuka usaha kuliner french fries bersama rekan-rekannya.

"Saat itu, saya masih semester tiga. Bersama beberapa orang teman, saya membuka bisnis kuliner dengan sistem partnership. Bisnis yang kami kelola itu bernama Royaly Fries," kenang dia lagi.

Berawal dari coba-coba, bisnis yang dikelola Roy ini ternyata sukses. Dia pun berkeinginan mengembangkan usahanya tersebut. Tak ingin, mengandalkan di satu usaha, Roy mencoba peruntungan di bisnis lain. Dia tahun 2009, dia mengambil alih bisnis spare part kendaraan milik saudaranya, PT Cahaya Motor Cemerlang.

Rupanya Dewi Fortuna masih menaungi pemuda, yang saat itu usianya masih 20 tahun tersebut. Berkat kerja keras dan kepiawaiannya mengatur strategi bisnis, perusahaan spare part yang dikelolanya itu berkembang pesat.

Berhentikah Roy dengan kesuksesannya itu? Ternyata tidak. Dia terus berinovasi, memutar otaknya untuk meraih sukses yang kali ketiga. Kali ini, hatinya tertambat pada usaha plastik dan usaha di bidang properti yang kemudian dia diberi nama PT Duta Rajawali Perkasa & Investor Properti. 

"Pada tahun 2010, saya merintis bisnis baru lagi. Bisnis itu saya beri nama PT Duta Rajawali Paper Megah, yang bergerak di bidang distribusi kertas," ungkap dia.

Kemudian tahun 2011, dia membuka usaha kuliner untuk kali kedua. Bisnis kuliner di bawah bendera CV Wahana Food Corpora Brand, yang dibuka di beberapa mal di Surabaya itu, diberi nama Korean Street Snack. Selanjutnya, di tahun 2012, dia kembali mendirikan usaha baru lagi, yaitu CV Surya Teknokindo Jaya dan PT Mitra Maju.

Meski telah sukses membangun enam bidang usaha itu, ternyata di balik kesuksesannya itu, Roy juga pernah mengalami kegagalan. Tapi dia tidak menyerah. Kegagalan baginya, adalah jalan menuju sukses. 

"Tak ada satu pun manusia di dunia ini bisa menebak masa depan. Dunia bisnis itu seperti teka-teki. Dan untuk memulainya, kita masih harus meraba-raba. Tapi kepastian tidak bisa kita peroleh, jika tidak pernah mencobanya. Kegagalan dalan setiap usaha itu wajar," kata dia santai.

"Yang penting kita jalani dulu apa yang ada di otak kita, jangan berhitung untung-rugi dulu sebelum melangkah. Sebab jika terlalu banyak perhitungan, kita tidak akan pernah bisa melangkah ke depan. Bisnis yang bagus adalah bisnis yang dimulai, bukan ditanyakan," saran Roy.

Roy membagi resep di balik kesuksesannya. Yang pertama yang harus dilakukan oleh calon pengusaha adalah, jika seseorang sudah memiliki modal, yang harus dilakukan adalah menata sistem. Dan menurut Roy, sistem usaha pada dasarnya ada dua jenis, yaitu in business dan on business. 

"In business adalah sistem yang memfokuskan diri pada bidang operasional usaha. Artinya, owner atau pemilik modal, turun langsung mengatur operasional usahanya tersebut," beber dia.

Lalu bagaimana dengan sistem on business? Kata Roy, sistem on business adalah owner hanya memikirkan tentang strategi dan mengelola otaknya untuk mengembangkan bisnisnya melalui kecerdasan. "Owner hanya melihat bisnisnya dari atas, kemudian melakukan pengawasan, memikirkan strategi dan bagaimana rencana jangka panjang."

Dari dua sistem bisnis ini, Roy lebih cenderung memilih sistem usaha dengan menggunakan on business. Karena menurutnya, bisnis dengan sistem on business, si pemilik modal bisa merancang strategi untuk melebarkan sayap bisnisnya. "Dengan on business, keuntungannya tidak hanya didapat dari satu perusahaan saja, tapi bisa didapat dari banyak usaha," katanya.

Tahapan selanjutnya, masih menurut dia, jika usaha sudah berdiri dan beroperasi, maka si pengusaha wajib membangun jaringan kerja atau networking. Hal ini bisa dilakukan dengan cara promosi dan pemasaran produk untuk menjaring konsumen. "Pengusaha harus mampu melihat trend dan kebutuhan pasar. Selanjutnya opportunity, yaitu memanfaatkan peluang bisnis sebaik mungkin," tukasnya.

Jika tidak mampu melihat peluang bisnis, kata Roy, maka buyarlah mimpi-mimpi yang sudah ada di depan mata. "Di dunia ini, tidak ada satu pun usaha yang dibangun, bisa sukses dengan cepat. Kesuksesan itu berjalan setapak demi setapak. Kalau pada grafik, bisa kita lihat, jika garis usaha mulai naik, maka akan terus naik dan bahkan bisa booming," sambung dia yakin.

Dan yang terpenting, menurut dia, kunci sukses itu, akan ditemukan jika kita mau bekerja keras pantang menyerah, serta jangan sekali-kali meninggalkan apa yang disebut-sebut sebagai partnership. Sebab, dengan partnership, apalagi dengan latar belakang kemampuan yang berbeda, akan membuat dunia usaha yang dikelola lebih hidup. Maka pengelolaan di internal perusahaan menjadi sangat penting dalam hal ini. Bagaimana seorang pengusaha mampu bekerja sama dan menjalin hubungan baik dengan para karyawan.

"Berpikir dengan banyak kepala itu lebih baik daripada hanya satu kepala. Akan ada banyak ide-ide dan solusi-solusi baru yang lebih segar," pungkas pemuda yang tengah melanjutkan studi pascasarjananya ini.

Biodata:
Nama : Roy Agustinus, S.E.
Tempat dan tanggal lahir : Surabaya, 30 Agustus 1989
Branch Office : Jl. Kenjeran 229, Surabaya

Pendidikan :
- 1995: SD Gabriel, Surabaya
- 2001: SMP Angelus Custos, Surabaya
- 2004: SMA Frateran, Surabaya
- 2007: Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Ciputra, Surabaya
- 2013: Melanjutkan pendidikan pascasarjana di UPH, Surabaya

Organisasi: Kompartemen Bina 8 Pengembangan Modal & Perbankan di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HPMI) BPC Surabaya.

0 Usia 18 tahun sudah jadi bos bisnis perlengkapan olah raga


Menjadi pengusaha tidak harus menunggu usia tua dan modal yang besar. Usia muda tidak menghalangi seseorang sukses mengembangkan bisnis.

Berangkat dari hobi olah raga, Rafael Rizki Adventus atau biasa disapa Rizki mulai merintis bisnisnya. Remaja kelahiran Jakarta 4 september 1994 ini melihat sebuah peluang melalui pembuatan kostum basket dan futsal yang biasa dia pakai bersama teman-temannya untuk bertanding. Dari situ Rizki mengaku menemukan ide awal menjadikan ini sebagai sumber penghasilan. Ini adalah pintu masuknya merintis bisnis perlengkapan olah raga.

Rizki adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Bangka belitung adalah daerah asal dari anak muda. Ayah dan ibunya dibesarkan di Bangka Belitung kemudian pindah ke Jakarta untuk bekerja. Sadar bukan anak orang kaya, Rizki berambisi untuk sukses di masa depan.
"Saya hobi olah raga, basket dan futsal. Kemudian saya berangkat dengan latar belakang keluarga yang kurang mampu, di mana teman-teman saya orang yang berkecukupan. Saya harus bisa berhasil dan membahagiakan kedua orang tua saya, saya harus sukses," kata Rizki saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Sabtu (2/3).
Di awal usahanya, Rizki mengaku tidak memiliki modal besar untuk memulai usaha. Yang dia punya hanyalah niat dan keberanian. Kemudian Rizki menjalin kerja sama dengan rumah-rumah produksi yang membuat jersey, jaket, kaos basket dan kaos futsal. "Modal niat yang pertama," katanya.
Dengan bendera atau label 'Motion' Rizki dengan sabar dan ulet menjajakan barang dagangannya. Dalam pandangannya, kesabaran dan keuletan merupakan kunci untuk meraih kesuksesan.
Siswa kelas 3 SMA Sang Timur Jakarta ini menceritakan, Motion didirikan pada tanggal 11 Februari 2010. Rizki mengaku jika semua keperluan baju olah raga tersedia di tempatnya. Saat ini, dia sudah memiliki 100 mitra yang mendistribusikan produknya ke seluruh Indonesia dan beberapa negara lain.
"Omzet ya Rp 100 juta hingga Rp 150 juta per bulan dengan keuntungan 20-30 persen," ungkap Rizki.
Merintis bisnis tentu saja tidak lepas dari risiko dan kegagalan. Rizki juga merasakan hal itu di awal usahanya merintis bisnis. Karena belum mempunyai pengalaman yang cukup di dunia industri konveksi atau garment, dia sempat putus asa dan berpikiran untuk berhenti menggeluti usahanya.
Beruntung dia masih memiliki mimpi dan tekad yang kuat, yang akhirnya menguatkan Rizki untuk terus belajar serta melanjutkan bisnis yang sudah dirintisnya.
"Itu hal biasa, yang penting kita komitmen, fokus dan konsisten. Komitmen dengan impian anda, fokus dengan masa depan, dan konsisten dengan sikap yang kita miliki," tegasnya.
Bisnisnya pun semakin berkembang seiring dengan makin pesatnya perkembangan teknologi. Dia memanfaatkan itu sebagai strategi promosi. Rizki melakukan promosi melalui jejaring sosial dan internet.
Untuk terus mendongkrak omzet, dia selalu mengambil bagian dalam setiap event atau kegiatan olahraga. Kompetisi olahraga antar sekolah, mulai dari SD, SMP hingga perguruan tinggi dia sponsori.
"Kita sponsori event-event olahraga dan itu kerja sama yang saling menguntungkan," kata Rizki.
Di usia muda, Rizki sudah berpikir bahwa dia tidak mau menikmati kesuksesan itu sendirian. Dia membuka kesempatan bagi orang lain untuk menjadi reseller. Kesempatan dibuka untuk siapa saja yang serius dan fokus untuk menggeluti usaha.


Search